Monday, August 1, 2016

Bentuk dan Cara Kerja Hidung Pada Manusia

Cara Kerja Hidung Pada Manusia. Hidung adalah organ tubuh manusia yang  berfungsi sangat vital dalam kehidupan sehari-hari kita. Selain sebagai indera penciuman, hidung juga befungsi sebagai saringan (filter) terhadap debu yang masuk bersama udara yang kita hirup. Hidung juga berfungsi sebagai air conditioning system yaitu dengan cara menghangatkan atau melembabkan udara yang masuk ke tubuh kita.

Begitu luar biasanya ciptaan Tuhan yang satu ini. Tetapi banyak dari kita tidak mengetahui bentuk hidung dan fungsi – fungsi luar biasa yang di milikinya. Artikel kali ini Bekaskaki akan membahas bentuk dan cara hidung manusia bekerja.

Anatomi dan Fisiologi Hidung

Hidung luar berbentuk pyramid dan mempunyai bagian-bagian seperti dibawah ini :

pangkal hidung (bridge)
dorsum nasi
puncak hidung
ala nasi
kolumela
lubang hidung (nares anterior)
Hidung luar dibentuk oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.

Kerangka tulang hidung terdiri dari:

tulang hidung (os nasalis)
prosesus frontalis os maksila
prosesus nasalis os frontal
Sedangkan kerangka tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu:

sepasang kartilago nasalis lateralis superior
sepasang kartilago nasalis leteralis inferior yang disebut juga kartilago ala mayor
beberapa pasang kartilago alar minor
tepi anterior kartilago septum
Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi cavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan cavum nasi dengan nasofaring.

Bagian dari cavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempnyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrase. Tiap cavum nasi mempunyai empat buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan superior.

Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian depan dinding lateral hidung licin, yang disebut ager nasi dan dibelakangnya terdapat konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral hidung.

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah adalah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media, lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanya disebut rudimenter.

Di antara konka – konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, media, superior. Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum.

Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.

Vaskularisasi Hidung

Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna, di antaranya ialah ujung palatine mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.

Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang – cabang a. fasilis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang – cabang a. sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis superior dan a. palatine mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach (Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumberepistaksis (pendarahan hidung), terutama pada anak.

Vena – vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena – vena hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan factor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intracranial.

Persarafan Hidung :

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n. etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. nasosiliaris, yang berasal dari n. oftalmikus (N, V-1).

Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n. maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatinum, selain memberikan persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung.

Ganglion ini menerima serabut – serabut sensoris dari n. maksila (N. V-2), serabut parasimpatis darin. petrosus superfisialis mayor dan serabut – serabut simpatis dari n. petrosus profundus. Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.

Nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktoriusdan kemudian berakhir pada sel – sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.

Sumber artikel : http://bekaskaki.com/bentuk-dan-cara-hidung-bekerja-dalam-kehidupan-kita/